SAHABATKU, PELANGI HIDUPKU
Hi !
Ini hanya untaian kata – kata
sederhana yang dirangkai oleh seseorang yang sangat sangat sederhana dari
negeri Perahu Phinisi, Sulawesi Selatan. Perkenalakan, aku Rina. Tulisan ini
aku buat dengan tulus, jujur dan dari hati yang terdalam tentang seseorang yang
sangat “indah” dalam hidupku. Seseorang yang telah melukiskan bukan hanya 3
warna pelangi,tapi berjuta-juta dengan warna yang begitu indah.
Bismillahirrohmanirrohim…
Kisah ini bermula di sebuah kampus
yang begitu tinggi, yang bernama Sekolah Tinggi Tinggi-PLN. Di sanalah aku
menemukanmu. Pelangi terindah di Galaksi Bimasakti. Tepatnya di kelas X, jurusan Teknik Mesin. Ketika beberapa
teman-teman sejurusanku telah berbondong-bondong masuk ke kelas, aku pun masuk
ke kelas tersebut dengan perasaan cemas dan khawatir. Wajar saja, aku adalah
seseorang yang sangat tidak pandai bergaul di lingkungan baru, terlebih aku
sadar bahwa pasti dan tentu saja teman-teman sekelasku mayoritas laki-laki.
Dengan setengah hati aku beranikan
diri berkenalan dengan seseorang yang duduk tepat di sampingku.
“Siapa namamu?”
“ah?”
“Boleh kenalan gak, nama mu siapa?”
“Steven”
Selesai.
Sangat garing --“.
Berteman memang bukan keahlianku. Dari
kejauhan kulihat seseorang yang melihat ke arahku, sepertinya dia sedang
melihat dan mengamati cewek2 “aneh” yang dengan nekad telah memilih jurusan
Teknik Mesin. Seseorang yang bermata
sipit dan botak. Jujur saja aku benci mata sipitnya. Dialah “seseorang” itu.
Namanya Erfandra
Tak ada yang special di saat-saat
pertama mengenalnya. Karena aku berpikir, dia pastilah seseorang yang kurang
bersahabat dan pilih-pilih teman, maka kuputuskan untuk tidak banyak
mengajaknya bicara. Lagipula dari luar dia terlihat banyak tingkah dan aneh.
Sampai menginjak semester 2, dia
pun pindah ke Darul Fathim. Daerah yang sangat dekat dengan kontrakan ku. Tentu
saja aku senang bukan kepalang. Ada dua laki-laki keren dan baik hati yang akan
bertetangga dengan ku. Namun, mental ku masih sangat buruk waktu itu, aku
berpikir…
“Meskipun tetanggaan, gak mungkin
juga bisa berteman dekat, ya sudahlah,paling juga mereka malas berteman sama
aku, aku kan jelek dan biasa2 aja, terlebih aku garing dan tidak pandai
bergaul. Yasudahlah….”
Namun hari berganti bulan dan bulan
berganti tahun. Entah apa yang mendekatkan kami. Jadilah 4 sahabat. Aku,”Dia”, Marvi
dan Ian. Persahabatan kami terjalin dari hubungan tetanggaan yang begitu
harmonis. Perlahan – lahan aku mulai
mengenalnya, mengenal sifat buruk dan tentu saja sekaligus sifat2 baiknya. Aku
rasa dia seorang yang sangat tulus, blak-blak an, apa adanya, cuek, kurang
care, bicaranya sedikit kasar, lucu dan… tentu saja “indah”.
Senang rasanya bisa makan bersama
di malam hari, apalagi jika Marvi sedang berhalangan ikut makan bareng.
Sebenarnya gak nyaman karena aku kelimpungan mencari topic pembacaraan. Dia
hanya banyak diam dan menganggapi apapun yang aku katakan. Tak disangka penjaga
warungnya menyangka kami “pasangan”.
Hatiku membisik, “Semoga”.
Tidak hanya makan bersama, bahkan
aku sangat sering merepotkan mereka. Pernah suatu ketika aku meminta bantuan ke
“dia”, menemani ke Gramedia. Kupikir itu awal yang sangat baik untuk menjalin
kedekatan. Bukan kedekatan layaknya seorang pasangan tapi hanya sebatas
persahabatan. Namun ternyata masih GAGAL. Dia menjemputku di kontrakan.
“Udah siap?”, Tanya “dia”
“Sudaaaahhhh…yuk!”,jawabku riang
“Astagaa….ngapain kamu pakai
pakaian yang berlebihan kayak gitu? Kita Cuma ke Mall lhoo…ganti sanaaaa…”
“Gak mau. Ini gak
berlebihan,”jawabku mantap
“Gantii gakkk??!!! Kamu gak usah
pake rok,pake celana aja!
“Gak mau…biarin…!”
“ntar becek lhooo….”
“gapapa…yawdah yuk,jangan banyak
protes!
“yawwwdaahhh”
Setelah lama tawar menawar ttg hal
yang bagiku, sangat tdak penting. Kami pun berangkat ke Mal terdekat. Aku senang sekali bisa jalan berdua. Hahaha…
aku memang genit,tpi tersembuyi. Sialnya di jalan “dia” malah masih
mempersoalkan ttg aku pake rok. Aku pun “bad mood” seketika. Tapi memang
aku sudah tau sifat buruknya itu.
Dalam perjalanan masuk ke Mall, “dia”
hanya diam bahkan gak peduli dengan aku yang berjalan di belakangnya.
Yyah…”dia” memang tipe laki-laki yang jahat sih. Sesampainya di dalam Gramedia,
“dia” hanya duduk di lantai sambil menutup wajahnya.
“kamu kenapa?”,aku beranikan untuk
bertanya.
“Gak papa….Cari aja yang kamu
pengen cari, aku bakal tungguin, santai aja”
Karena merasa tidak enak dan
sungkan, akhirnya aku mengajaknya pulang tanpa membeli satu buku pun. Semenjak
itu aku jadi sungkan meminta tolong, Biasanya aku lebih sering meminta tolong
ke Marvi,salah satu sahabatku yang paling dekat dengan ku. Selain karena Marvi
memang memiliki sifat yang begitu baik hati, aku takut “dia” menyadari bahwa
aku memiliki sedikit rasa kagum terhadapnya.Ya! Masih sebatas kagum.
Tak banyak cerita tentang aku dan
dia.
Karena memang “dia” selalu bersikap
dingin terhadapku. Pernah suatu hari,ia sedang jatuh cinta terhadap salah satu
kakak tingkat kami, di Jurusan lain, namanya Cyntia Erma saputri. Entah
mengapa, sikapnya terhadapku sangat kasar dan jahat,. Setiap aku Tanya,
jawabannya tidak enak. Setiap aku bicara pasti dipotong dan ditanggapi dengan
sinis. Padahal sedikitpun aku tidak berbuat sesuatu yang menyinggung
perasannya. Disuruh minta maaf pun “dia” tak rela.
“Minta maaf sana,Fan!” kata Ian
“Dia” beranjak dari tempat duduk
nya dan berkata dengan tegas,”ga mau!” dan berlalu begitu saja
Ya ALLAH … apa coba salah ku?
Padahal aku sangat sering mendengarkannya curhat dengan wanita yang ia sukai
atau sayangi. Aku sangat berusaha menjadi pendengar yang baik baginya. Memahami
nya dengan sepenuh hati dan tulus tanpa mengharapkan balasan apa2. Jika ditanya
cemburu atau tidak? Ya tentu saja, cemburu.
Terlebih bila “dia” selalu menyebut nama Mbak Cyntia,dan bersikap
seperti ia sangat tergila-gia dengannya.
Hmm…Mungkin dia benci melihatku
yang suka padanya. Yah,,,tak mengapalah. Memang dia terlalu sering menyakitiku.
Aku kemudian tak begitu peduli lagi
dengannya. Aku tak peduli sebesar apapun rasa sukanya terhadap wanita itu,toh
aku juga sedang suka dengan laki2 lain juga selain dia.Pikiranku mulai focus
untuk bersahabat dengan Marvi, krena semakin lama…hubungan kami memang semakin
membaik.
Namun anehnya, Entah kenapa,
meskipun di kehidupan nyata “dia” jahat padaku, tpi di dunia maya dia suka
sekali menggodaku. Aku terkadang dibuat benar2 bingung olehnya. Sebenarnya, dia
seorang yang ckup perhatian,dia mengantarkan makanan jika aku sakit, dia selalu
mengangkat barang2ku kala bepergian, dan yang terpenting dia pandai meluluhkan
hatiku saat aku marah.
Sampai pada puncaknya, semester 4.
Aku begitu menyukainya. Entah dari mana perasaan itu, mengalir deras tak
terkendali. Aku hampir gila dibuatnya. Itu ialah saat-saat dimana aku mulai
mendalami islam. Saat itu, aku mulai merasa dia menyimpan rasa buatku meskipun
sangat sedikit. Apapun yang aku lakukan, selalu saja ada dia yang sedang
berjalan-jalan dan berdiam di pikiranku. Padahal tak ada sedikitpun niat
memikirkannya. Aku benci sekali bila harus menatap wajahnya.
Kenapa?
Karena aku tak kuasa mengendalikan
apalagi menghentikan jantungku yang berdebar begitu luar biasa, sangat tidak
bisa aku kendalikan Astaghfirullah. “Dia”
benar2 menjadi racun bagi ku. Dialah keindahan yang begitu indah yang ALLAH
ciptakan. Aku menyukai semua yang ada pada dirinya.
Yyah,…kecuali sifat jahatnya
terhadapku. Aku juga benci bila ia menggodaku. Aku serasa dipermainkan, tak
sadar kah ia bahwa aku sangat terluka bila dipermainkan seperti itu. Seperti
orang bodoh saja.
Karena perasaanku semakin
berlarut-larut, aku memutuskan untuk menyibukkan diri dengan kegiatan islam.
Kajian di mana-mana, mengajar tahsin, menghafal qur’an dan lain sebagainya.
Tapi tetap saja… dia tak mau pergi.hikkkssss T.T. hanya berkurang beberapa
persen saja.
YYah…lumayanlah…
Begitu seterusnya, aku semakin
terjebak dengan perasaanku, Aku….semakin sayang padanya. Bukan lagi sekedar
kagum biasa. Bukan lagi tentang persahabatan. Tapi telah bermetamorfosis
menjadi sesuatu yang orang banyak bicarakan.
C.I.N.T.A
Cinta yang kupendam sekuat tenaga.
Seperti tumbuh karangan bunga dalam
hatiku. Bunga yang berwarna warni :)
***
Pertemuan dengan nyasemakin intens
ketika memasuki UDIKLAT SURALAYA. Tempat kita belajar bersama. Pagi ketemu
kamu, siang juga, sore juga, bahkan malam pun sama. Di UDIKLAT inilah kegalauan
ku semakin memuncak. Ketika kusadari sesuatu, sesuatu yang mampu bangkitkan
semangat hidupku. Memutar roda kehidupanku dengan cepat.
Tak ada satu hari pun berlalu tanpa
melihat wajahnya. Hampir setiap malam kami chatting. Ya…lebih tepatnya chatting
dengan dua orang sekaligus di saat yang bersamaan, Marvi dan Erfan. DI situlah
aku merasa ada sedikit harapan untukku. Ketika biasanya aku memacing atau
menggodanya, dia mengelak. Tapi, saat itu ia membalasnya, bahkan lebih dari
yang aku pikirkan.
Rina : … kamu mikirin aku
kaaahhhhh????
Erfan : iya nih,aku mikirin kamu
terus akhir-akhir ini.
Rina : hmmm …kamu kok berubah?
Percakapan semacam ini pun menjadi
sering terjadi,Tapi Tetap saja…aku tidak mempercayai apa yang terjadi. Tidak
mungkin seseorang yang se”indah” dirinya menyukai orang yang sederhana
sepertiku.
Hingga suatu saat dia bilang padaku
d pinggir pantai,”ayo tulis nama kita di sana, RINA DAN ERFAN”. Sesaat aku
tersentak. Aku begitu terkejut atas apa yang aku dengar barusan. Di situlah aku
yakin “Dia” menyimpan sepotong hati untukku. Senang sekalii…aku selalu
tersenyum sendiri di kamar. Hehehe
Sampai aku dekat dengan Hendra, dia
sangat cemburu. Seperti perasaan cemburu yang hampir menenggelamkan dirinya sendiri.
Aku tau dia mungkin cemburu, namun di sisi lain aku benar2 tidak bisa menjauh
dari Hendra, because he is my bestfriend.
Hanya dia sahabat yang bisa mendengarkan curhatan ku saat itu. Tentu saja aku
tidak bisa terlalu sering curhat dengan Marvi. Yup! Aku takut dia menyukaiku.
Aku memang tidak pernah bisa mnyukainya. Mungkin kalo hatiku bisa disetir
dengan mudah, aku lebih suka menyukainya. Tapi soal perasaan tentu saja tidak
semudah itu.
Aku khawatir semenjak dia menanyakan
ttg ide malamarku. Itu pengalaman yang sangat tidak mengenakkan. Kalo “dia”
yang menanyakannya mungkin itu akan menjadi kenangan manis yang tak
terlupakan(*hahahaha)
Jujur, aku sedikit mempermainkan
perasaannya selama diklat. Aku bekerja sama dengan Hendra untuk sedikit
menyentil perasaannya. Jahat sih memang. Namun, Kurasa cukup adil setelah apa
yang dia lakukan padaku selama ini. Dia yang selalu menyakitiku dengan bermain2
dengan gadis2nya yang rupa-rupa bentuknya.
Actually,
Aku sangat sadar bahwa dia mungkin sangat menyukaiku. Tapi tetap saja belum
yakin, Seiring dengan waktu aku semakin yakin bahwa dia memiliki perasaan yang
sama. Aku bisa melihat dari itu dari sorot matanya yang selalu menggangguku.
Termasuk saat di bis, saat dia duduk tepat di sampingku, banyak sekali macam perasaan
yang aku rasakan. Serupa rasa nyaman yang menjalar sampai ke tulang rusuk. Seperti
mimpi bisa duduk d sampingnya. Tentu saja ada perasaan berdosa juga di sana,
Kebersamaan yang Cuma beberapa jam saja. Sangat singkat bagi pasangan yang
sedang jatuh cinta. Lebih tepatnya dua orang yang tidak tau perasaan
masing-masing, hanya sekedar menduga-duga.
Sampai tiba saatnya terpisah…Benar2
berpisah. Bandara Sam Ratulangi menjadi saksi perpisahan kami. Ia telah
menyaksikan air mata yang kuteteskan untuknya. Untuk seseorang yang sangat
kusayangi dan indah dalam hidupku. Perpisahan yang sungguh menyesakkan. Seperti
ingin mati rasanya.
Aku hanya bisa menangis
berhari-hari dan seperti orang bodoh kala teringat dengannya. Seperti sia2
bibit cinta yang terlanjur tumbuh dalam hatiku. Sayangnya…. Hati ku tetap saja
ingin memelihara dan merawatnya,
Ah! Aku lupa bahwa aku punya janji
padanya. Janji untuk jujur tentang perasaan ku dan perasaan Marvi. Dia terlalu
lama kami bodohi.
Akhirnya…kukumpulkan keberanian
untuk menceritakan semua nya padanya. Kuceritakan dengan pelan dan seksama. Tak
kuizinkan dia memotongnya walau sedetikpun. Sampai pada cerita “itu”…Potongan
percakapanku dan Marvi.
Marvi : “Aku dulu suka sama kamu
dan juga waktu prajab. Aku bukannya mempermainkan kamu. Tapi aku juga gak enak
sama Erfan. Aku gak mau terjadi kejadian kayak Shelly dulu…”
Rina : “Hmm…aku janji kan mau ngasi
tau cinta 2,5 tahunku. Aku…sebenarnya suka sama Er...Fa..nn” (kataku terbata2)
Dia kaget bukan kepalang mendengar
apa yang baru saja aku tuturkan.
Yah…stelah itu dia ungkapkan pula
perasaannya terhadapku. Seperti terangkat tubuhku melayang di udara. Tak
kusangka…Dia menyayangiku karena Rabb kita, Allah subhanahu wa ta’ala. Dan
entah kenapa ALLAH menitipkan perasaan yang begitu banyak untuknya d hatiku.
Tapi tetap saja menyesakkan, karena pada akhirnya dia tidak mau, eh tidak bisa
menikahiku. Kami terkendala Surat keputusan yang dibuat oleh PLN tanpa
persetujuan resmi para staff nya tentang larangan menikah sesame pegawai PLN, Padahal
aku ingin sekali menghapus dosa2ku.
Jantungku berdebar begitu kencang
mengalahkan nafasku. Aku sangat malu. Betapa bodohnya, ternyata kami yang sama-
sama plos, juga sama2 menyimpan perasaan yang sama dengan begitu lamaaa.
Bahkan dia katakan,”Jika kau bukan
aktivis di kampus, mgkn aku sdh menyatakannya sejak lama…”
Jika ditanya sedih atau tidak,
jawabannya….”SANGAT SEDIH”.
Sedih
karena ternyata penantianku sia-sia
Sedih
karean ternyata cinta saja tak cukup
Sedih
karena ternyata kita tak bisa apa2
Sedih
karena bicara dengan org tua ku pun kau tak mau
Sedih
karena ternyata “Aku tak bisa Mendampingimu sampai nanti….”
Setelah kejadian itu kami
memutuskan untuk pasrah kepada takdir. Setidaknya Dia tahu aku pernah dan
sangat menyukainya. Telah kuhabiskan waktuku 3 tahun untuk menyukaimu. Samapai
aku jatuh sakit karena memikirmu setelah kita berpisah dan memutuskan untuk pulang
ke kampung halaman sejenak untuk menenangkan pikiran.. Tiga tahun bukan lah
waktu yang singkat…
Sampai saat ini, aku selalu menatap keluar
jendela, melihat langit yang menggantung awan. Berharap kau melihat ke langit
di waktu yang sama. Berharap langit kan memantulkan wajahmu dan aku bisa
melihatnya dari sini saat aku merindukanmu.
Ah! Cinta memang selalu begitu,
kadang mengecewakan penonton dan mengaduk2 hati pemerannya. Kukira Cinta itu
simple, Suka kemudian menikah. Ternyata Cinta itu seperti ilmu pengetahuan,
tanpa batas…dan memiliki cabang yang begitu banyak.
I
am sure that…
Tak Pernah ada yang sia-sia di
dunia ini. Tak ada satupun yang ALLAH ciptakan tanpa maksud. Termasuk
menciptakan mu dan menciptakanku,juga menciptakan perasaan kita.
Tak ada yang kekal di dunia ini.
Termasuk aku, juga kamu. Aku yakin perasaan ini pun tak akan kekal jika kita
tak jodoh
Tak ada penguasa di di dunia ini.
Semua milik Allah. Begitupun aku juga kamu. Meski Istana Cinta tlah kita
bangun,Tetap saja kan sia-sia Tanpa Ridho dari Nya…
Once
More. Jazakallah khairan katsiran telah menjadi mozaik indah dalam hidupku...
Semoga kita segera Menikah.
Kau dengan jodohmu….
Aku dengan Jodohku…
Take Care.
__TAMAT__
“Tak akan pernah ada yang murni di
antara persahabatan laki-laki dan perempuan…”
--RHEIN FATHIA--
Cerita ini hanya fiksi belaka. Jika
ada kesamaan latar dan cerita, maka hanya kebetulan saja"
-ASMA-